Senin, 02 September 2013

KEDUDUKAN SHALAT DALAM ISLAM



KEDUDUKAN SHALAT DALAM ISLAM
Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini
1)         Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam
2) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat                                               
Nabi bersabda, “
أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
Artinya:’ Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah SWT. mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang.

KEUTAMAAN MENGERJAKAN SHALAT LIMA WAKTU
  إن الصلاة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا 
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu/wajib yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. [ QS. An Nisa’ (4) : 103]
                                                                                                    
1) Mendapatkan cinta dan ridho Allah
Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

2) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang yang khusyuk
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45)
Hukum Meninggalkan Shalat
Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”[



Minggu, 01 September 2013

Qasida burdah dan terjemah



اليكم بقية القصيدة
قصيدةِ البُردةِ المباركةِ كاملةً

للإمام شرف الدين أبي عبد الله محمد بن سعيد البوصيري
مَزَجْتَ دَمعــا جرى مِن مُقلَةٍبِدَمِ* أمِنْ تَــذَكِّرِ جيرانٍ بــذي سَــلَمِ

Apakah karena ingat tetangga di negeri dzisalam sana

Engkau deraikan air mata bercampur darah duka

وأومَضَ البرقُ في الظَّلمـاءِ مِن اِضَمِ* أَم هَبَّتِ الريحُ مِن تلقــاءِكــاظِمَةٍ
Ataukah karena hembusan angin terarah lurus dari jalan kadhimah
Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham

وما لقلبِكَ اِن قلتَ اسـتَفِقْ يَهِــمِ* فـما لِعَينـيك اِن قُلتَ اكْفُفَـاهَمَـتَا
Kenapa kedua matamu tetap menetaskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya
Dan kenapa hatimu senantiasa gundah gulana padahal engkau telah menghiburnya

ما بينَ منسَــجِمٍ منه ومُضْـطَـرِمِ* أيحَســب الصَبُّ أنَّ الحبَّ مُنكَتِــمٌ
Apakah orang yg dimabuk cinta menyangka bahwa api cinta dapat ditutupi nyalanya
Di antara tetesan airmata dan hati yang terbakar membara

ولا أَرِقْتَ لِــذِكْرِ البـانِ والعَلَـمِ* لولا الهوى لم تُرِقْ دمعـــا على طَلِلِ
Andaikan tak ada cinta yg menggores kalbu tak mungkin engkau mencucurkan air matamu
Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu

به عليـك عُدولُ الدمـعِ والسَّـقَمِ* فكيفَ تُنْكِـرُ حبا بعدمـاشَــهِدَت
Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya
Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara

مثلَ البَهَـارِ على خَدَّيـك والعَنَـمِ* وأثبَتَ الـوَجْدُ خَـطَّي عَبْرَةٍوضَـنَى
Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya
Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada pipi dua

والحُبُّ يعتَـرِضُ اللَـذَاتِ باْلأَلَـمِ* نَعَم سـرى طيفُ مَن أهـوى فـأَرَّقَنِي
Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga
Dan memang cinta sebagai penghalang bagi sempunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita

مِنِّي اليـك ولَو أنْصَفْـتَ لَم تَلُـمِ* يــا لائِمي في الهوى العُذْرِيِّ مَعـذرَة
Wahai pencaci derita cinta udzrahku kata maaf kusampaikan padamu
Aku yakin andai kau rasakan derita cinta ini tak mungkin engkau mencaci maki

عن الوُشــاةِ ولا دائي بمُنحَسِــمِ* عَدَتْـــكَ حالي لا سِـرِّي بمُسْـتَتِرٍ
Keadaanku telah sampai padamu tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu
Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna

اِنَّ المُحِبَّ عَنِ العُــذَّالِ في صَمَـمِ* مَحَّضْتَنِي النُّصْحَ لكِنْ لَســتُ أسمَعُهُ
Engkau begitu ikhlas memberi nasehat diriku tetapi aku tak mampu mendengarkan saran itu
Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak menggubris cacian pencela

والشَّـيْبُ أبعَـدُ في نُصْحٍ عَنِ التُّهَمِ * اِنِّي اتَّهَمْتُ نصيحَ الشَّـيْبِ فِي عَذَلِي
Sungguh aku curiga pada uban pemberi saran curiga pada saran yang disampaikan
Padahal uban di kepala dalam memberi saran jauh dari hal-hal yang mencurigakan